Ujian Dalam Kehidupan


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Dan sungguh akan Kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157)

Kehidupan manusia ini memang tidak pernah terlepas dari ujian. Tidak kira sama ada orang itu Islam atau bukan Islam, ada pegangan agama atau tidak, kecil atau besar, tua atau muda. Bagi orang bukan Islam, mereka menghadapinya dengan berbagai kaedah yang difikirkan logik mengikut akal mereka. Jika akal mereka sudah tidak mampu berfikir, maka mereka mengambil jalan singkat dengan makan
ubat tidur, makan racun atau membunuh diri sendiri. Bagi orang Islam pula, mereka ada jalan penyelesaian yang telah Allah tunjukkan tetapi mereka perlu kepada ilmunya.

Setiap ujian yang Allah timpakan ada maksud tersirat dari Tuhan yang ramai manusia tidak tahu akan hikmah di sebalik ujian tersebut. Ujian; sama ada ujian sakit, ujian miskin, ujian isteri atau suami meragam, ujian anak-anak, kena fitnah, kena hina dan sebagainya semuanya dalam kuasa Tuhan. Hakikatnya Tuhanlah yang mendatangkan ujian itu.

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah s.a.w bersabda di dalam Hadis Qudsi: Allah s.w.t berfirman: “Tidak ada balasan kecuali syurga bagi hambaku yang beriman yang telah Aku ambil kembali kekasihnya (Aku mematikan seseorang yang disayanginya seperti anak, adik-beradik dan sesiapa sahaja yang di sayangi oleh seseorang) dari kalangan penghuni dunia dan dia hanya mengharapkan pahala daripadaKu (dengan bersabar). ” - Hadis riwayat Imam Bukhari.
Begitupun dengan ujian kehidupan. Ujian adalah media atau saranan untuk menilai kualiti keimanan seseorang. Ujian demi ujian yang menimpa diri kita, harus kita lihat dengan kesabaran, agar kita mampu meraih kualiti keimanan yang sempurna dihadapan AllahSWT.

Rasulullah saw pernah bersabda, "Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah (ujian) sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang keluar sebagai emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang (kualitasnya) dari itu, dan itulah yang selalu ragu. Ada yang keluar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah(musibah)."(H.R.Thabrani).

Kisah Ummu Sulaim

Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa seorang anak dari Abu Thalhah sakit. Ketika Abu Thalhah keluar, anak itu meninggal. Ketika Abu Thalhah kembali, dia bertanya, “Bagaimana anakku?” Ummu Sulaim menjawab, “Ia dalam keadaan yang sangat tenang,” seraya menghidangkan makan malam kepadannya, dan dia pun makan. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ummu Sulaim berkata, “Jangan beritahukan kepada Abu Thalhah tentang kematian anaknya.” Kemudian ia melakukan tugasnya sebagai isteri kepada suaminya, lalu suaminya berhubungan intim dengannya. Ketika akhir malam, ia berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu bila keluarga si fulan meminjam suatu pinjaman, lalu memanfaatkannya, kemudian ketika pinjaman itu diminta, mereka tidak suka?” Ia menjawab, “Mereka tidak adil.” Ummu Sulaim berkata, “Sesungguhnya anakmu, fulan, adalah pinjaman dari Allah dan Dia Allah telah mengambilnya.” Abu Thalhah beristirja’ (mengucapkan: Innaa lillaahi wa innaaa ilaih raaji’uun) dan memuji Allah seraya mengatakan, “Demi Allah, aku tidak membiarkanmu mengalahkanku dalam kesabaran.” Pada pagi harinya, dia datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala beliau melihatnya, beliau bersabda, “Semoga Allah memberkati kalian berdua di malam hari kalian.” Sejak malam itu, sempurnalah ‘Abdullah bin Abi Thalhah, dan tidak ada pada kaum Anshar seorang pemuda yang lebih baik darinya. Dari ‘Abdullah tersebut lahirlah banyak anak, dan ‘Abdullah tidak meninggal sehingga dia dikurniakan sepuluh anak yang semuanya menhafaz al-Qur-an, dan dia mati di jalan Allah.

Seorang mukmin, tidak akan tergoyahkan imannya meskipun ujian yang datang bagai hujan badai yang menerpa batu karang. Sebab, seorang mukmin berkeyakinan bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (٥)إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(Q.S.AlamNasyrah[94]:5–6)

Kita harus memahami bahawa jalan penyelesaian ujian datang dari Allah SWT. Jalan penyelesaian tidak datang dari keinginan dan kemahuan kita sendiri. Allah telah menciptakan masalah untuk kita, dan Allah pula-lah yang memberikan jalan penyelesaiannya. Tidak ada jalan untuk memperoleh pahala kecuali dengan kesabaran dan tak ada kesabaran kecuali dengan keinginan yang tulus dan penuh keyakinan kerana Allah. Wallahu ‘taala a’lam.

Disediakan Oleh
Mohd Hafizzul Azri Bin Azman
Ketua Unit Pengisian dan Kaji Selidik
Biah Solehah PMRAM

Comments

Popular posts from this blog

KEPENTINGAN MEMPELAJARI DAN MENGHAYATI SIRAH PERJUANGAN RASULILLAH SAW

Kebaikan Dan Keburukan Teknologi Moden

Minda Pimpinan | TAWAKAL VS TAWAKUL